Cerita
Dewasa Pengalaman Sex Waktu Kecil, Kepala terasa berat, menahan hasrat
yang demikian menekan. Sampai jam empat sore bayangan-bayangan kejadian
malam malah semakin menggila. Akhirnya aku mencari akal bagaimana
melampiaskan hasrat tersebut. Aku pergi ke belakang rumah dengan maksud
untuk bermain sekedar menepis bayangan semalam. Sesampainya di belakang,
aku melihat dua ekor kambing betina. Tiba-tiba
muncul pikiran yang sebelumnya belum pernah singgah, aku dekati kambing
itu dan menatapnya dengan seksama, khususnya bagian belakangnya, bagian
yang tertutup ekornya. Kupegang dan kuusap-usap bagian punggungnya dan
terus ke arah belakang, sementara itu kontolku telah sedemikian ngaceng
di balik celana pendek yang kupakai. Anehnya kambing itu diam saja
ketika memeknya kuusap-usap, seperti menikmatinya. Selama tanganku
meraba-raba memek kambing itu, pandanganku melihat-lihat jangan- jangan
ada orang di sekitar situ dan memergoki apa yang kulakukan. Lima belas
menit kemudian, setelah yakin tidak ada orang, kubuka resleting celanaku
perlahan-lahan dan mengeluarkan kontolku yang telah sedemikian ngaceng.
Kontolku langsung keluar, karena memang aku tidak pernah memakai celana
dalam. Aku mulai memakai celana dalam setelah aku kelas tiga SMP, dua
tahun kemudian. Perlahan-lahan kudekatkan kontolku dan kugosok-gosok ke
memek kambing itu. Perasaan enak terasa di ujung kontolku, entah
mengapa, mungkin karena imajinasiku membayangkan bahwa memek yang sedang
kugesek-gesek itu adalah memek adikku. Setelah merasa puas
menggosok-gosok kontolku, kumasukkan pelan-pelan kontolku ke dalam memek
kambing betina itu, hingga akhirnya masuk semua. Ketika kontolku telah
masuk semua, kambing itu mengembik, namun suaranya terasa agak lain,
lebih menyerupai erangan. Kukocok pelan- pelan, takut mbek itu berontak
dan kabur, karena tidak diikat. Namun kambing itu tetap diam, malah
terasa kambing itu seperti menggoyang- goyangkan pantatnya dan menekan
badannya ke arah belakang, sehingga
kontolku semakin dalam memasuki
memek kambing itu. Sambil mengocok ******, mulutku menyebut-nyebut nama
adikku, kadang teman-teman perempuan sekelasku, dan siapa saja perempuan
yang melintas dalam ingatanku. "Oohh.. Tuti, memekmu enak sekali... oh
Mirna.. Henceutmu gurih, oh Maryam sayangku.." Aku semakin mempercepat
kocokan kontolku. Mungkin karena baru pertama melakukan itu dan
imajinasiku yang semakin menggila, tidak lama terasa ada sesuatu
mendesak dari dalam perutku yang mengarak ke arah kontolku. Seluruh
badanku terasa merinding menahan nikmat yang sulit untuk dikatakan. Dan
akhirnya, crot-crot.. Entah berapa kali. Kutekan tubuhku dengan menarik
tubuh kambing bagian belakang karena takut jatuh, badanku terasa lemas.
Setelah agak lama aku membiarkan kontolku di dalam memek kambing itu,
kucabut perlahan, terasa linu namun sangat- sangat enak. Setelah
kejadian itu, bila hasratku kembali muncul aku mendatangi kambing itu.
Dan kulakukan itu hampir tiap hari. Tiga bulan kemudian, sepulang
sekolah ketika hasratku kembali muncul karena di sekolah melihat temanku
yang pingsan dan dengan tidak sengaja melihat celana dalamnya, hasrat
seksualku muncul sedemikian kuat. Aku pergi ke belakang rumah tempat
biasanya sang kambing merumput, aku tidak menemukannya di sana. Kucari
ke tempat lain di sekitar rumahku juga tidak ada. Di antara rasa
penasaran, heran dan hasrat seksual yang demikian kuat, kutanyakan
kepada ibuku. Ia mengatakan bahwa kambing itu setelah aku pergi sekolah
dibawa ayah untuk dijual ke Pak Lurah. Walaupun penasaran aku tidak bisa
bilang apa-apa, namun demikian ternyata tidak juga menyurutkan hasrat
seksualku. Aku kembali ke belakang rumah, mencari akal untuk
melampiaskan hasratku yang tidak kunjung terpuaskan. Tak jauh di
belakang rumahku terdapat kebun yang ditumbuhi tanaman jagung, luasnya
hampir lima hektar. Di situlah biasanya aku bermain. Aku biasanya
bermain sendirian, entah mengapa aku tidak begitu suka main dengan teman
sebaya. Sesampainya di tengah- tengah kebun jagung, di antara
pohon-pohon jagung aku duduk sambil meluruskan kaki. Tanpa sadar
tanganku mengusap-usap kontolku dari luar celana. Karena asyiknya, tanpa
kuketahui tiba-tiba di depanku ada seekor ayam betina yang sedang
mencari makan. Entah pikiran dari mana, tiba-tiba aku punya pikiran
untuk menyetubuhi ayam itu. Pelahan-lahan sambil mengendap- endap
kudekati ayam itu, dan kutangkap. Ternyata ayam itu milik orang tuaku.
Karena aku biasa memberinya makan sehingga ayam itu dengan mudahnya
kutangkap, walau pun tetap saja mau melepaskan diri, mungkin karena
merasa diganggu saat sedang enak-enaknya makan. Ayam itu kuusap-usap
kepala dan punggungnya supaya diam. Setelah tenang, kubuka resleting
celanaku dan kukeluarkan kontolku. Sambil kupegang ayam itu dengan kedua
tanganku, pelan-pelan kudekatkan pantat ayam itu ke kepala kontolku,
dan kutekan pelan-pelan. Karena kontolku sedemikian ngacengnya dan
keras, sedikit demi sedikit kontolku masuk ke dubur ayam itu, terasa
sulit dan pedih-pedih enak, namun kutekan terus. Ayam itu berontak dan
berkotek-kotek serta berusaha melepaskan diri. Kupegang lebih kencang
karena takut lepas, sambil ditekan lebih kuat. Akhirnya seluruh kontolku
masuk. Ayam itu tetap berkotek dan berusaha melepaskan diri.
Pelan-pelan ayam itu kuangkat sedikit dan kutekan kembali perlahan-lahan
dan akhirnya semakin kencang. Aku ingin cepat-cepat menyelesaikan
'proyek' kecil yang mengasyikkan namun menegangkan itu. Tak lama
kemudian seluruh badanku terasa merinding menahan nikmat yang sulit
untuk dikatakan. Dan akhirnya, crot- crot.. Kutekan ayam itu ke belakang
supaya kontolku masuk lebih dalam. Setelah agak lama aku membiarkan
kontolku di dalam dubur ayam itu, kucabut perlahan, terasa linu namun
sangat-sangat enak. Ternyata, betul kata pepatah, tak ada perempuan,
kambing dan ayam pun jadilah.. ***** Suatu hari, entah iblis mana yang
mengantarkanku ke pengalaman yang benar-benar aneh. Aku bermaksud
mengembalikan buku yang kupinjam dari salah seorang teman sekolahku,
seorang perempuan, Yuli namanya. Ia anak tetanggaku yang paling dekat
dengan
rumahku, oleh karena itu aku agak berani meminjam buku.
Ketika sampai di rumahnya, yang kutemukan hanya ibunya yang sedang
menjemur pakaian. Kutanyakan padanya, ia bilang bahwa Yuli sedang
bermain di belakang rumah atau paling di saung di kebun singkong, sedang
main dengan anjingnya. Aku pergi ke belakang rumah Yuli, kucari-cari
tidak ada. Lalu aku masuk ke kebun singkong tidak jauh dari situ.
Kulihat tak jauh ada sebuah saung. Kudekati, tapi kudengar suara keluhan
atau tepatnya erangan yang sangat halus, namun kadang-kadang terdengar
agak memburu. Aku heran dan penasaran. Kuintip dari arah belakang saung
melalui lubang yang agak lebar. Kulihat Yuli sedang duduk, tapi rok
bagian bawahnya terangkat ke atas, dan tampak di bawahnya seekor ******,
kutahu nama ****** itu Bleki, sedang menjilat-jilat kemaluan si Yuli.
Mata si Yuli tampak terpejam, dan mulutnya mengeluarkan suara seperti
mengerang keenakan. Aku heran akan tetapi entah bagaimana tiba-tiba
nafsu birahiku muncul dengan tiba-tiba dan kontolku terasa tegang.
Pelan-pelan aku melangkah ke depan saung dan perlahan masuk ke saung
itu. Aku membungkuk dan melihat apa yang dilakukan ****** itu. Tampak
memek si Yuli telah memerah dan basah oleh air liur ****** itu. Memeknya
tampak masih bersih tanpa sehelai pun rambut. Pelan-pelan ****** itu
kuusap-usap dan kusingkirkan, dan cepat-cepat kugantikan tugas yang
sedang dilakukan ****** itu. Aku meniru apa yang dilakukannya terhadap
memek Yuli. "Ehm.. Ohh.." Terdengar Yuli mengerang agak kencang.
Pelan-pelan kuraba memek Yuli, dan kubuka belahannya. Tampak warna merah
muda yang sangat membangkitkan nafsu birahi itu terpampang di depanku.
Berbeda dengan memek kambing apalagi dubur ayam. Yang ini benar-benar
lain dan sungguh indah. Aku semakin semangat menjilat-jilatnya. Semakin
lama erangan Yuli semakin sering. Tiba-tiba rambutku terasa ada yang
memegang dan kepalaku semakin ditekannya kuat-kuat. "Oohh.. Enak..
Shht..!!" Aku semakin bersemangat. Tiba-tiba kepalaku dicengkeram dan
digoyang-goyang, terdengar Yuli berkata seperti terkejut.. "Siapa
itu..?" Aku menghentikan aktivitasku dan menengadahkan kepalaku, tampak
Yuli terkejut.. "Apa yang kamu lakukan?" Tanya Yuli, tapi anehnya
seperti tidak ada kesan yang memperlihatkan rasa malu, hanya keheranan.
Melihat itu, muncul keberanianku..
"Menikmati memekmu.."
"Oohh... kamu suka?"
"Suka sekali.. Lalu?" jawabku.
"Bagaimana kalau kita lanjutkan?" tanya Yuli.
"Boleh?" aku bertanya tak percaya.
"Heem.. Tanggung, tapi jangan bilang- bilang siapa ya?!"
"Ya.." jawabku sepat.
"Sini lihat kontolmu..!" kata Yuli enteng. Kubuka resleting celanaku
dan kubuka celanaku. Maka keluarlah kontolku yang sejak tadi sudah
tegang dan keras. Yuli memegangnya dan menariknya. Aku meringis
kesakitan. "Pelan-pelan dong..!" kataku.
"Aku sudah nggak tahan..
Ohh" ia berkata setengah mengerang.. Ditariknya perlahan kontolku dan
diletakkannya ke memeknya dan digosok-gosoknya.
"Tekan-pelan-pelan
Med..". Aku menekannya pelan-pelan, tapi tiba-tiba tumitku yang terlipat
menindih batu yang agak runcing, aku kaget karena sakit. Gerakanku yang
tiba-tiba menekan kontolku, sehingga.. Bless... Ahh.. Aku dan Yuli
melenguh berbarengan. Anehnya kontolku bisa masuk dengan lancar. Dan
akhirnya seluruh batang kontolku masuk ke dalam memek Yuli. Terasa
kenikmatan yang sangat berbeda jauh dengan memek Kambing apalagi dubur
ayam. Hangat, basah dan terasa lebih lembut. Setelah dibiarkan beberapa
lama, aku menarik dan menekan secara perlahan, akan tetapi Yuli tampak
liar menggoyang ke kiri dan ke kanan secara bersamaan juga mendorong dan
menarik.. Luar biasa, gadis kecil ini belajar dari mana? Karena gerakan
Yuli begitu atraktif, aku tak tahan lagi, dan tak lama kemudian..
Crot.. Crot.. Aku mengeluarkan spermaku di dalam memek Yuli.. Dan tampak
Yuli pun mengerang dengan kuat.. Orgasme. Akhirnya kami berdua ambruk
di saung itu. Setelah agak lama, aku berkata... "Kamu hebat dan
tampaknya sudah berpengalaman".
"Ya, berkat kamu dan si Bleki"
"Maksudmu?" tanyaku heran.
"Aku melihat kamu sering ngentot dombamu itu, aku sering mengintipmu.
Karena penasaran aku coba dengan anjingku, yakh karena aku tidak punya
kambing sepereti kamu"
"Oohh.." aku bergumam.. Sejak saat itu, aku
sering bermain dengan Yuli, baik di saung maupun di kebun jagung
belakang rumahku. Pengalaman yang benar-benar aneh..